Senin, 03 Februari 2014

Perkembangan Kognitif Peserta Didik Pada Usia Remaja dan Dewasa




MAKALAH

Perkembangan Kognitif Peserta Didik Pada Usia Remaja dan Dewasa
“Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan untuk SD”
Dosen Mata Kuliah : Ibu Mariah Ulfah,S.pd.

 

  Disusun Oleh :
Kelompok :  6  
Prodi :  PGSD 1B
Lina Susilawati                  1386210058
Yuliawati                           1386210088
Rahayu                               1386210083
Setia Ambarsari                  1386210072
Dea Fahmi Alfarizi            1386210048

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP SUBANG
2013
 




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Perkembangan mengacu pada bagaimana seorang tumbuh, beradaptasi, dan berubah disepanjang perjalanan hidupnya. Orang tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional (sosial dan emosi), perkembangan kognitif (berpikir), dan perkembangan manusia menurut teori Piaget (kognitif dan moral) serta teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky. Setidaknya ada lima faktor yang dapat memengaruhi kinerja peserta didik kita, yaitu lingkungan keluarga, atmosfer persekawanan, sumber daya sekolah, kecerdasan yang berasal dari dalam diri sendiri, dan aksesibilitas pencapaian informasi.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak membutuhkan dari orang tuanya. (Rustiani:2010)

1.2  Rumusan Masalah
            Dari latar belakang perkembangan kognitif pada usia remaja dan tua, dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif, antara lain:
1. Apa pengertian perkembangan kognitif ?
      2.Bagaimana proses perkembangan kognitif pada usia remaja dan tua ?
3.Apa saja karakteristik perkembangan kognitif dan tahap - tahapnya?

1.3  Tujuan
Dari rumusan masalah perkembangan kognitif , tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif .
2. Mengetahui proses perkembangan kognitif pada usia remaja dan tua.
3. Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif dan tahap-tahapnya.















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Perkembangan Kognitif
            Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).
            Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976).
            Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
            Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian  istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek – objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975).  (Candra:2013)

2.2  Perkembangan Kognitif Pada Remaja

Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Remaja Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolscene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192). (Haryanto:2013)
Perkembangan kognitif remaja merupakan sebuah titik perkembangan yang sangat penting. Kognitif dalam konteks ilmu psikologi sering didefenisikan secara luas mengenai kemampuan berpikir dan mengamati, suatu perilaku yang mengakibatkan seseorang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian. Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilaluinya adalah mampu berpikir secara lebih dewasa dan rasional, serta memiliki pertimbangan yang lebih matang dalam menyelesaikan masalah. Dengan kata lain remaja harus memiliki kemampuan intelektual serta konsepsi yang dibutuhkan untuk menjadi masyarakat yang baik (Soetjiningsih, 2004).(tersedia:http://www.psychologymania.com/2012/11/perkembangan-kognitif-remaja.html)
·         Karakteristik Kognitif Remaja
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139). Berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan remaja dengan teman sebaya dan orang tua.
1)      Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu :
a)      Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama,
          usia, dan aktivitas favorit.
b)      Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c)      Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama
d)     Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e)     Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan,berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.


Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a)      Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
b)      Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c)      Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian
d)     Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e)      Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f)       Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan
g)      Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h)      Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.

Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a)      Merasa senang dan aman.
b)     Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
c)      Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara social dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d)     Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e)      Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
2)      Hubungan dengan Orang Tua
Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak rang tua dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock, (2002: 24) yaitu :
1)   Menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik.
 2)  Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik.
 3)  Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming).
4) Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah.
 5)  Menulis kesepakatan.
6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik remaja atau proses perkembangan remaja meliputi masa transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik. Transisi kognitif yaitu perkembangan kognitif remaja pada lingkungan sosial dan juga proses sosioemosional dan yang terakhir adalah masa transisi sosial yang meliputi hubungan dengan orang tua, teman sebaya, serta masyarakat sekitar. (Haryanto:2009)



·         Tahap Perkembangan Kognitif
Piaget mengemukakan empat periode kognitif yang berkembang pada manusia:
Periode I: Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam, dan memukul untuk menghadapi dunia yang dihadapi di depannya. Tahap pertama ini memiliki karakteristik ketiadaan bahasa,  Interaksi dengan lingkungan bersifat sensorimotor dan mempermasalahkan keadaan disini dan sekarang. Anak-anak pada tahap ini bersifat egosentris, segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya dunia yang ada. Pada akhir tahap ini, anak mengembangkan konsep object permanence.
Periode II:Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Anak-anak belajar berfikir menggunakan simbol-simbol, dan pencitraan batiniah. namun pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa. Tahap praoperasional dapat dibagi dalam dua subtahap : subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif. Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage). Subtahap Fungsi Simbolis (symbolic function subtage) ialah subtahap pertama pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira pada usia 2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada. Kemampuan untuk berfikir secara simbolis semacam itu disebut “fungsi simbolik” dan kemampuan itu mengambangkan secara cepat dunia mental anak. Anak-anak kecil menggunakan disain coret-coret untuk menggambar manusia, rumah, mobil, awan, dan lain-lain.
Subtahap Pemikiran Intuitif (intuitive thought subtage)
Subtahap Pemikiran Intuitif adalah subtahap kedua pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia 4 dan 7 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertayaan. Piaget menyebut periode waktu ini sebagai “intuitif” karena anak-anak usia muda tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Maksudnya mereka mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. suatu contoh kemampuan penalaran anak-anak kecil ialah kesulitan menaruh benda-benda ke dalam kategori- kategori yang tepat. Misalnya ketika dihadapkan pada sekumpulan objek acak yang dapat dikelompokkan bersama atas dasar dua atau lebih sifat, anak-anak praoperasional jarang dapat menggunakan sifat ini secara konsisten untuk menyortir objek kedalam kelompok-kelompok yang tepat.
·         Kegagalan pada tugas konservasi cairan merupakan tanda bahwa anak-anak berada pada tahap praoperasional perkembangan kognitif, sedangkan lulus tes ini merupakan tanda bahwa mereka berada pada tahap operasional konkret. Di dalam pandangan Piaget anak-anak praoperasional gagal menunjukkan tidak hanya konservasi cairan tetapi juga konservasi jumlah, volume, bahan, panjang, dan bidang.

Periode III:Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak-anak mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret. Tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk    konservasi . Konservasi adalah memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Anak-anak umumnya mencapai konservasi benda cair kira-kira pada usia 7 tahun. Ketika mereka bertindak demikian, mereka sedang memasuki tahapan operasi berfikir konkret/ operasional konkret. Pada dasarnya anak-anak mencapai pengobservasian dengan menggunakan tiga argumen.
a)      Anak munkin berkata, “kita tidak menambah atau mengurangi apapun, jadi mestinya jumlah cairan ini tetap sama.” Ini adalah argument identitas.
b)      Anak mungkin berkata, “gelas ini memang lebih tinggi dan yang lain lebar, meskipun begitu jumlah cairannya tetap sama.” Ini disebut argumen kompensatif.
c)      Anak mungkin berkata, “meraka masih sama karena kita bisa menuang kembali cairan itu ke tempatnya yang semuala” ini disebut argument inverse (Piaget dan Inhelder, 1966, h.98).


Periode IV:Tahap Operasional Formal (11- Dewasa tahun)
Orang muda mengembangkan kemampuan untuk berfikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini anak-anak sudah dapat menghadapi situasi hipotetikal dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran anak sudah semakin logis dan canggih, sehingga mereka dapat belajar menangani problem-problem yang ada. (Anna:2012)
2.3  Perkembangan Kognitif Dewasa

Istilah dewasa mencerminkan suatu sikap atau perilaku seseorang yang sudah matang. Dewasa juga berarti bergantinya sikap seseorang yang tadinya masih remaja atau kekanak-kanakan, dan menjadi setingkat lebih dewasa dalam mempertimbangkan segala keputusan. Dalam artian lain seorang yang telah dewasa berarti sudah akil baligh dan mempunyai tanggung jawab. Batasan dewasa bukan merupakan hal yang baku, kalau pada umumnya orang dianggap dewasa jika sudah mencapai usia 19 tahun lebih atau sudah menikah. Namun secara psikis, sifat seseorang belum tentu dewasa dengan bertambahnya usia.

1.       Dewasa Awal

            Pada masa dewasa awal individu mulai bisa mengatur pikiran operasional formal mereka. Sehingga mereka mungkin merencanakan atau membuat hipotesis tentang masalah-masalah seperti remaja. Tetapi mereka menjadi lebih sistematis ketika mendekati masalah sebagai seorang dewasa. Sementara dewasa awal lebih bisa menyusun hipotesis dari pada remaja dan menunjukan suatu pemecahan masalah dari suatu masalah.. pada dewasa banyak individu mengkonsolidasikan pemikiran operasional mereka dan banyak orang dewasa lainnya tidak berfikir dengan cara operasional formal sama sekali. “labouvievief” berpendapat bahwa orang dewasa muda memasuki pola pikiran yang pragmatis. “perry” berteori bahwa bersamaan dengan individu memasukli masa dewasa, pemikiran lebih realistic. Sedangkan ”schaie” mengajukan urutan fase-fase kongnitif di antaranya: pengambil alihan, pencapaian, tanggung jawab, eksekutif, reintegratif.
            William Perry (1970) mencatat perubahan-perubahan penting tentang cara berfikir orang dewasa muda yang berbeda dengan remaja. Ia percaya bahwa remaja sering memandang dunia dalam dualisme pola polaritas mendasar seperti benar/salah, kita/mereka, atau baik/buruk. Pada waktu kaum muda mulai matang dan memasuki masa dewasa, mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang dipegang oleh orang lain, yang mengguncangkan dualistik mereka. Pemikiran dualistik mereka diganti oleh pemikiran beragam, saat itu individu mulai memahami bahwa orang semua orang dewasa tidak selalu memiliki semua jawaban. Mereka mulai memperluas wilayah pemikiran individualitik dan mulai percaya bahwa semua orang memiliki pandangan pribadi masing-masing serta setiap pendapat yang ada sebaik pendapat orang lainnya. “Schaie” berpendapat fase mencapai prestasi (achieving stage) adalah fase dimana dewasa awal yang melibatkan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan.

2.       Dewasa Madya

                Kita telah melihat bahwa penurunan pada beberapa ciri fisik dewasa tengah. Orang dewasa tengah mungkin tidak melihat dengan baik, tidak berlari denga cepat. Tapi bagaimana dengan ciri-ciri kognitif dewasa tengah. Kita melihat bahwa kemampuan kognitif semakin meningkat pada dewasa awal. Tetapi kita menemukan penurunan pada dewasa tengah dan kemungkinan terjadi ketika memori jangka panjang terlibat daripada memori jangka pendek. Daya ingatpun juga lebih mungkin turun ketika organisasi dan pembayangan tidak di gunakan. Daya ingat juga cenderung menurun ketika informasi yang di coba untuk di ingat adalah informasi yang di simpan baru-baru ini atau tidak sering digunakan (Riege & Inman, 1980). Dan daya ingat juga cenderung menurun jika diharappkan untuk mengingat (recall) daripada untuk mengenali (recognize) (Mandler, 1980)

3.       Dewasa Akhir

                David Wechsler (1972), yang mengembangkan skala inteligensi, menyimpulkan bahwa masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual, karena adanya proses penuaan yang dialami setiap orang. Sementara, John Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized intelligence) yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence) yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.
Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut melakukan aktivitas-aktivitas yang abstrak atau sederhana. Denney menemukan bahwa kecakapan untuk menyelesaikan problem-problem praktis, sebenarnya justru meningkat pada usia 40-an dan 50-an. Pada penelitian lain Denney juga menemukan bahwa individu pada usia 70-an tidak lebih buruk dalam pemecehan masalah-masalah praktis bila dibandingkan mereka yang berusia 20-an. Proses pembelajaran harus kontekstual dan membantu warga belajar melakukan refleksi dan transformasi pengalaman.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

ü  Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006).
ü  Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
ü  beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu :
a)      Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama,
          usia, dan aktivitas favorit.
b)      Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c)      Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama
d)     Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e)     Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan,berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.

DAFTAR PUSTAKA

Rustiani.(2010).Perkembangan Peserta Didik.Diakses 10 Oktober 2013, dari : http://rustiani-perkembanganpesertadidik.blogspot.com

Candra,Okky.(2013).Pengertian dan Perkembangan Kognitif-Psikologi:Taman Harapan dan Impian.Diakses 10 Oktober 2013, dari : http://okykidamori.blogspot.com/2013/05/pengertian-perkembangan-kognitif.html
Haryanto.(2010).Pengertian Remaja Menurut Para Ahli.Diakses 11 Oktober 2013, dari : http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
(2012).Perkembangan Kognitif Remaja.Diakses 11 Oktober 2013, dari:  http://www.psychologymania.com/2012/11/perkembangan-kognitif-remaja.html

Haryanto.(2009).Karakteristik Remaja .Diakses 11 Oktober 2012, dari : http://belajarpsikologi.com/karakteristik-remaja/

Anna.(2012).Tahap Perkembangan Kognitif Piaget. Diakses 12 Oktober 2013, dari : http://anna-w--fpsi09.web.unair.ac.id/artikel_detail-59558-Psikologi%20-TAHAP%20PERKEMBANGAN%20KOGNITIF%20PIAGET.html

Dwi.(2012).Pengertian Dewasa : Defini Dewasa.Diakses 12 Oktober 2013,dari :  http://dwi-jo.blogspot.com/2012/01/pengertian-dewasa-definisi-dewasa.html

Rasidi.(2012).Pembelajaran Orang Dewasa.Diakses 13 Oktober 2013, dari : http://rasidiadhipati.blogspot.com/2012/02/pembelajaran-orang-dewasa-kemampuan.html

1 komentar: